Rabu, 09 September 2009

Lagi, Sebuah Masjid Megah di Jerman


Luasnya 4.500 meter persegi, berkapasitas 2000 jamaah, senilai 20 juta DM, dengan arsitektur istana Kesultanan Turki Utsmani


Gairah keberagamaan kaum muslimin di Jerman semakin meningkat. Kini, di sana ada sekitar 2.500 buah masjid – 160 buah di antaranya cukup terkenal – dan selalu dipadati oleh jamaah. Bahkan, belakangan ini minat untuk membangun masjid di Jerman cukup kuat.

Salah satu contoh, pembangunan sebuah masjid cukup megah di kota Koeln di Negara Bagian North Rhine Westphalia, Jerman, yang berkapasitas 2000 jamaah. Dibangun oleh Ikatan Muslimin Turki di Jerman (DITIB), masjid yang dinamakan Masjid Sentral Koeln (Koeln Merkez Camii, bahasa Turki) seluas 4.500 meter persegi itu, awalnya sempat mengundang kontroversi.

Dan akhirnya parlemen Koeln mengizinkan pembangunan masjid supermodern senilai senilai 20 juta Deutsche Mark. Namun, belakangan kemudian politikus lokal anggota Neo-Nazi, Markus Wiener, sempat mengecam keputusan tersebut karena mengkhawatirkan semakin bertambahnya populasi kaum muslimin.

Satu hal yang membuat lega kaum muslimin ialah penegasan Perdana Menteri Negara Bagian North Rhine Westphalia, Juergen Ruettgers, yang menyatakan bahwa pembangun masjid tersebut untuk mengakomodasi hak asasi 3,3 juta warga muslim -- yang semakin hari semakin meningkat.

Dari tahun ke tahun, populasi kaum muslimin di Jerman memang terus bertambah. Sampai saat ini, menurut catatan Kantor Kependudukan (Bundesamt) di Koeln, jumlah umat Islam di sana mencapai 3,7 persen dari sekitar 82 juta populasi di Jerman. Dari jumlah itu, sekitar 70% berdarah Turki. Artinya, jumlah kaum muslimin di Jerman saat ini sekitar 3,3 juta orang.

Alhamdulillah, Wali Kota Koeln, Fritz Schramma, juga merestui pembangunan masjid tersebut, karena memahami bahwa kaum muslimin di sana membutuhkan rumah ibadah yang layak dan banyak. Meski begitu, ia sempat jengkel terhadap orang-orang Turki yang tak mengerti bahasa Jerman meski sudah tinggal selama 35 tahun. Berbeda dengan imigran asal Rusia atau Italia yang mudah berasimilasi dengan budaya setempat.

Masjid Sentral Koeln itu dibangun dengan desain dan interior yang supermodern, dengan arsitektur meniru arsitektur istana Kesultanan Turki Utsmani – salah satu mahakarya zaman keemasan peradaban Islam. Arsiteknya, Paul Boehm, tak banyak mengalami kesulitan, meskipun ia dikenal sebagai spesialis bangunan gereja.

Dengan tinggi kubah mencapai 36,5 meter, dan menara ramping setinggi 55 meter di empat sudutnya, masjid megah yang kelak didominasi oleh dinding batu berkaca itu, menurut Paul Boehm, dimaksudkan, “agar tercipta atmosfer keterbukaan, tidak merasa seperti terkurung dalam ruangan tertutup.” Namun, menurut Bekir Alboga, juru bicara Ikatan Muslimin Turki di Jerman, tinggi menara Masjid Sentral Koeln itu tidak akan melebihi tinggi menara Gereja Katedral Koeln yang hanya berjarak tiga kilometer. Maklum, Gereja Katedral itu merupakan simbol kota Koeln.

Selain sebagai tempat beribadah, Masjid Sentral Koeln dimaksudkan sebagai semacam oasis tempat berbagai layanan keagamaan, pengajian Al-Quran dan telaah keagamaan, mengorganisasi komunitas kaum muslimin termasuk pemakaman dan pernikahan dengan upacara yang Islami.

Mengenai suara azan, pengajian atau taushiah, misalnya, Bekir Alboga menjamin semua kegiatan itu tidak akan terdengar – apalagi sampai mengganggu – masyarakat di luar masjid. Di Jerman memang ada larangan penggunaan pengeras suara yang dapat mengganggu ketenangan warga. “Dengan demikian,” ujar Bekir Alboga, diharapkan dapat tercipta keharmonisan antar sesama umat beragama”

Tidak ada komentar:

 

Design by Amanda @ Blogger Buster